TINGKAT PENGETAHUAN BAHAYA ALAT PERANGKAP TIKUS DIALIRI LISTRIK DAN LANGKAH AMAN PENGENDALIAN TIKUS
DOI:
https://doi.org/10.31970/abditani.v5i2.150Abstract
Tikus merupakan hama utama pertanian karena sering merusak tanaman padi. Keberadaan tikus sangat mengganggu dan merugikan dalam bidang pertanian, ekonomi dan kesehatan. Tikus cukup sulit untuk dikendalikan karena memiliki indra penciuman yang cukup tajam, pergerakan cepat, dan cerdik. Permasalahan hasil panen yang kian menurun kerap dialami petani. Hal tersebut menjadi alasan beberapa warga menggunakan perangkap tikus dialiri listrik. Berdasarkan masalah tersebut maka kegiatan sosialisasi harus diberikan kepada warga desa Pucakwangi, karena perangkap tikus dialiri listrik sangat berbahaya bagi nyawa petani. Untuk mengukur tingkat pengetahuan warga terhadap bahaya perangkap tikus dialiri listrik maka dilakukan pretest dan postest. Hasil yang diperoleh selama kegiatan sosialisasi ini warga cukup paham dengan bahaya perangkap tersebut, tetapi masih digunakan karena dianggap efektif dalam mengendalikan tikus. Setelah dilaksanakan sosialisasi warga desa Pucakwangi akan mencoba menerapkan langkah pengendalian yang lebih aman dan menggunakan bahan alami sebagai pengusir tikus. Kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada petani tentang bahaya perangkap tikus dialiri listrik sehingga petani harus meninggalkan perangkap tersebut dan beralih pada pengendalian tikus yang lebih aman bagi petani dan lingkungan
Kata kunci: Tikus, Perangkap listrik, Pengendalian tikus, Bahan alami, Gropyokan.
ABSTRACT
Rat was the primary pest in agriculture because it often broke the rice crops. The existence of rat gave a harmful for agriculture, economic, and health. Rat was little hard to be controlled because it had a strong sense to smell, fast move, and clever. The farmer often faced a problem like the decrease of yields. That was the reason why villagers used mousetrap with electric in it. Based on that problem, a socialization should be given for villagers in Pucakwangi, because the mousetrap was so dangerous for farmers. In order to measure the knowledge of villagers about the danger of mousetrap, so pretest and post test are needed to be done. The results obtained during this socialization activity were that the villagers were quite aware of the dangers of the trap, but it was still used because it was considered effective in controlling rats. After the socialization, Pucakwangi villagers will try to implement safer control measures and use natural ingredients as rat repellent. This activity provides knowledge to farmers about the dangers of electrified rat traps, so that farmers must leave these traps and switch to rat control that is safer for farmers and the environment..
Keywords: Rat, Electric mousetrap, Rat control, Natural ingredients, Gropyokan.
References
gara. (2008). Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian., 1–38.
Azizah, S. N. (2016). Pemberantasan Hama Tikus Di Desa Kebalanpelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. 30–37.
Irawati. (2015). Efektivitas Pemasangan Berbagai Model Perangkap Tikus Terhadap Keberhasilan Penangkapan Tikus Di Kelurahan Bangetayu Kulon Kecamatan Genuk Kota Semarang Tahun 2014. Unnes Journal of Public Health, 4(3), 67–75.
Istiaji, B., Priyambodo, S., Sanmas, A. A., & Rosidah, A. (2020). Efektifitas gropyokan Tikus Sawah ( Rattus argentiventer ) di Desa Bener , Kabupaten Klaten ( Effectiveness of rice-field rat ( Rattus argentiventer ) activities in Bener Village , Klaten Regency ). Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(2), 163–168.
Ivakdalam, L. M. (2014). Uji Keefektifan Enam Jenis Perangkap dalam Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer). Agrilan, 2, 38–46.
Kusuma, S., Yesica, R., Bagus Gde Rama Wisesa, I., Hermanto, J., Nurholizah, Y., & Widyaneni Trinastuti, M. (2021). Preliminary Study: Detection of Ecto and Endoparasites Among Wild Rats From Urban Area in Blimbing, Malang, East Java. Acta VETERINARIA Indonesiana, May, 95–101.
Nurisa I, R. R. (2005). 78205-ID-penyakit-bersumber-rodensia-tikus-dan-me.pdf. In Jurnal Ekologi Kesehatan (Vol. 4, Issue 3, pp. 308–319).
Pramestuti. (2018). Rodentisida Nabati Papain Pepaya (Carica papaya L.) Sebagai Alternatif Pengendalian Mencit. Vektora. Litbang Kemkes, 2(2), 38–88.
Priyambodo, S. dan D. D. M. (2013). Rondentisida Botanis Dioscirea hispida Dalam Pengendalian Rattus argentiventer. In Lokakarya Nasional dan Seminar (598).
Rahmawasiah. (2012). Uji Efektifitas Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Sebagai Pestisida Nabati terhadap Perilaku Makan Tikus Hama (Rattus argetiventer). Universitas Cokroaminoto Palopo, 1–7.
Siregar, H. M., Priyambodo, S., & Hindayana, D. (2020). Preferensi Serangan Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Terhadap Tanaman Padi. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(1), 16–21.
Sudarmaji. (2018). Tikus Sawah Bioekologi dan Pengendalian. IAARD Press, 7–80.
Swastiko, P. (2010). Biologi tikus. Lokakarya Nasional Dan Seminar, 1–5.
Syamsudin. (2017). Tingkah Laku Tikus dan Pengendaliannya. Prosiding Seminar Ilmiah Dan Pertemuan Tahunan PEI Dan PFI, 28, 179–185.
Yuliadi, B., Muhidin, & Indriyani, S. (2016). Tikus Jawa, Teknik Survei Di Bidang Kesehatan. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan.